Kenali Malang Lewat Museum Malang Tempo Doeloe
TEMPO.CO, Malang--Tak sulit menemukan Museum Malang Tempo Doeloe, dari Inggil Resto cukup berjalan kaki. Maklum lokasinya persis bersebelahan dengan Inggil. Kedua destinasi ini dikelola ketua Yayasan Inggil sekaligus Ketua Dewan Kesenian Kota Malang Dwi Cahyono. Untuk masuk museum yang diresmikan 22 Oktober 2012 ini, Anda cukup membayar Rp 10 ribu untuk pelajar, warga Malang Rp 15 ribu dan umum Rp 25 ribu.
Supaya Wayang Digemari Kaum Muda
TEMPO.CO, Jakarta - Berbagai kalangan yang peduli pada kelestarian wayang menggelar Festival Wayang Indonesia selama tiga hari sejak 4 Juli 2013 di kompleks kota tua Fatahillah, Jakarta. Mereka adalah Pepadi (Persatuan Pedalangan Indonesia), Senawangi (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia), Museum Wayang, dan Total Indonesia.
Museum Project, Akses Museum via Internet
KOMPAS.com - Dengan bantuan teknik fotografi yang tepat, museum bisa jadi tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi. Setiap sudutnya mengundang rasa penasaran, apalagi koleksi yang tersimpan di dalamnya. Dengan satu klik, kita bisa berpindah dari satu ruang ke ruang yang lain di setiap sudut museum.
Bank Indonesia pamerkan uang dari tahun 896 Masehi!
Bagi warga Malang dan sekitarnya yang bingung mengisi liburan di akhir pekan, kunjungi saja pameran museum uang kuno Bank Indonesia. Di sana Anda dapat melihat berbagai macam jenis uang mulai zaman kerajaan hingga sekarang. Ada puluhan koleksi uang kuno yang dipamerkan. Uang tersebut sangat langka dan bernilai sejarah tinggi.
Bentuk uang kuno ternyata tidak sama seperti uang yang beredar di zaman sekarang. Ada yang berbentuk seperti biji kacang, namun terbuat dari emas. Uang tersebut berasal dari Kediri di tahun 896 Masehi. Berdasar pantauan Merdeka.com, dari berbagai macam koleksi uang kuno yang dipamerkan, ada uang yang bentuknya aneh daripada yang lain.
Uang itu bentuknya tidak beraturan dan terbuat dari kain. Uang ini bernama uang kampua berasal dari kerajaan Buton, Sulawesi Tenggara. Satu lembar uang Kampua senilai dengan satu butir telur di masanya. Selain melihat pameran, Anda bisa mendapat berbagai edukasi tentang uang Indonesia mulai dari sejarah, ciri-ciri uang asli dan sebagainya.
Anda dapat menikmati pameran ini hingga Minggu (23/6) mendatang di Taman Krida Budaya Malang. Pameran ini diadakan dalam menyambut Silatnas (silaturahmi nasional) Rasa dan Sultan Nusantara di Malang. "Kami ingin mengajak masyarakat dan raja-raja untuk flashback tentang sejarah uang dari zaman kerajaan, kemerdekaan sampai sekarang," ungkap Humas Bank Indonesia di Malang, Edy Kristianto.
Uang tersebut merupakan koleksi asli dari Museum Bank Indonesia. "Tidak bisa sembarangan di bawa dan dipamerkan," tambah Edy. Daripada jalan-jalan ke mal, lebih baik tambah pengetahuan Anda dengan mengunjungi pameran ini. Sementara itu bagi Anda yang tinggal di Jakarta, juga bisa mendatangi langsung Museum Bank Indonesia.
Yuk, isi liburan dengan edukasi yang bermanfaat!
Dilansir dari : www.merdeka.com | Link kait :Bank Indonesia pamerkan uang dari tahun 896 Masehi!
Kenali Negeri, Cintai Museum
Padang, Padek—UPTD Museum Adityawarman membuka pameran budaya suku Mentawai guna mengisi liburan sekolah bu¬lan ini. Pameran ini menam¬pil¬kan seluruh pernak-pernik Men¬tawai, mulai gambar orang Men¬tawai, rumah, makanan po¬kok, busana, kebiasaan hingga tato.
Pameran ini bertujuan agar pengunjung bisa lebih dekat dengan budaya suku Mentawai. Karena tak dipungkiri, orang Minang sendiri juga banyak tidak tahu soal budaya suku Mentawai.
"Intinya, kami ingin lebih mengenalkan Mentawai kepada dunia luar. Banyak yang tidak tahu, Mentawai itu adalah surga bagi peselancar asing. Dalam arti kata, "Bali"-nya Sumbar. Kami berharap, anak sekolah dapat memanfatkan waktu liburan ini, dengan bermain ke museum. Mentawai itu unik, semuanya perlu kita ketahui dan pelajari," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar, Burhas¬man Bur saat membuka acara Pameran dan Diskusi Budaya Suku Mentawai di aula Museum Adityawarman, Rabu (19/6).
Di tempat yang sama, peneli¬ti sekaligus dosen ITB, Bambang Rudito menyayangkan kajian tentang suku-suku di Indonesia tidak banyak dilakukan masya¬rakat Indonesia sendiri, terma-suk budaya suku Mentawai. "Tak banyak yang tahu, orang Menta¬wai sangat menghargai alam. Untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, mereka sangat mem¬perhatikan kelestarian alam," tukasnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Mentawai, Desti Seminora menambahkan, orang Mentawai makan sagu selama empat bulan, pisang selama empat bulan, dan keladi selama empat bulan. "Siklus ini mem¬buat jenis tanaman tertentu tidak cepat habis," ulas Desti.
Sementara itu, Kepala UPTD Museum Adityawarman, Novi¬yanty menjelaskan, selain untuk edukasi, museum juga berfungsi sebagai media universal untuk pelestarian warisan budaya. "Intinya, kita dapat mengenali negeri dengan mencintai museum. Dengan adanya program Gerakan Nasional Cinta Museum, diharapkan dapat meng¬ubah citra dan wajah museum Indonesia menjadi lebih mena¬rik sehingga turut meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing, khususnya ke Sumbar," pungkasnya. (cr1)
Dilansir dari : padangekspres.co.id | Link kait : Kenali Negeri, Cintai Museum
Gedung Joang 45, Saksi Perjuangan Kemerdekaan RI
TEMPO.CO, Jakarta: Tak jauh letaknya dari salah satu masjid tertua di kawasan Menteng, yaitu Masjid Cut Mutia, ada sebuah bangunan kuno bergaya Indies Woonhuis dengan pilar-pilar yang tinggi sebagai penyangga bangunan dan masih tampak terlihat kokoh.
Bangunan ini bukanlah bangunan biasa, justru memiliki nilai sejarah karena di gedung
inilah muncul tokoh-tokoh penting yang memimpin lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Inilah Museum Joang 45.
Gedung yang terletak di jalan Menteng Raya No.31 Jakarta Pusat ini, sejak dibangun pada tahun 1938 yang awalnya diperuntukan sebagai hotel, pada perkembangannya sering berganti fungsi seiring dengan situasi politik saat itu.
Ketika masuk ke museum ini, pengunjung bisa melihat koleksi yang diperoleh dari para pejuang di era tahun 1945.
Satu lagi koleksi yang istimewa dari museum Joang 45 yaitu kendaraan dinas presiden pertama RI Soekarno dan wakilnya Moh. Hatta yang terletak di belakang museum.
Videografer & Editor : Denny Sugiharto
Narator : Dwi Oktaviane
Sumber : Tempo.co | Link kait : Gedung Joang 45, Saksi Perjuangan Kemerdekaan RI