Prasasti Pasir Muara
Prasasti Pasir Muara terletak kira-kira 1 km dari batu prasasti Kebon Kopi I (Prasasti Tapak Gajah). Anda akan melihat tulisan berbahasa Sansakerta sebagai berikut: Ini sabdakalanda rakryang juru pengambat I kawihaji panyaca pasagi marsandeca. Terjemahan dari tulisan tersebut adalah : “Ini tanda ucapan rahyang juru pengambat, Berpulihkan haji sunda dalam tahun 854 Saka bahwa pemerintah daerah dipulihkan kepada Raja Sunda”.
Nama Sunda pertama kali disebut dalam sebuah prasasti Kebon Kopi II. Prasasti itu berangka tahun 854 Saka (932 M) dan berbahasa Melayu Kuna. Isi prasasti berbunyi “berpulihkan hajiri Sunda”, yang ditafsirkan bahwa telah ada raja Sunda dan paling tidak setelah Kerajaan Tarumanagara, yaitu sebelum tahun 932 M berakhirnya Kerajaan Tarumannegara sesuai dengan berita Cina abad ke – 7 (666 dan 669 M yang merupakan berita terakhir mengenai Kerajaan Tarumanagara).
Dilansir dari : berbagai sumber



























































































































Telah berpulang, Bapak Gathut Dwi Hastoro, Ketua AMIDA DKI Jakarta "Paramita Jaya", pada Selasa, 29 Maret 2016 sekitar pukul 21.10 WIB. Beliau yang juga lama mengabdi sebagai Ketua UPK Kota Tua Jakarta merupakan sosok pejuang dan pengabdi permuseuman Indonesia.
Keluarga permuseuman Indonesia kembali kehilangan. Salah satu pejuang museum yang selama ini dikenal berdedikasi dalam mengelola Museum Kereta Api Ambarawa, Tri Prastiyo, dikabarkan berpulang ke sisi Tuhan Yang Maha Esa pada April 2016.
Alangkah terharunja hati saja tatkala saja mengundjungi suatu museum di Mexico-city. Museum itu ialah museum Sedjarah Perdjoangan Nasional Mexico. Saja terharu
Pada galibnya, kita serupa dengan museum. Aku juga terpanggil mempersembahkan karya masterpiece dalam sentuhan modern.
Media sederhana ini merupakan bagian dari pelaksanaan program dan agenda Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Pusat yang bermuara pada satu sasaran utama, yakni pembangunan karakter dan pekerti bangsa (nation and character building) sebagai landasan terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang adil, makmur, bermartabat, semulia cita-cita para founding father.