Mengintip Koleksi Topeng Unik di Galeri Narada
TEMPO.CO, Bandung -Puluhan topeng seukuran wajah dan miniaturnya, berjajar bersebelahan di panel panjang berlapis kain merah. Dibanding topeng-topeng dari sebagian daerah di Indonesia, kedok yang biasa terlihat pada festival topeng atau teater di luar negeri itu mendapat perlakuan istimewa. "Itu semua bahan topengnya dari kertas daur ulang," kata Ahmad Tantowi, staf pengelola Galeri Narada, Ahad, 1 Februari 2015.
Menurut Ahmad, koleksi topeng di dalam ruang tembus pandang yang disejukkan mesin pendingin udara bersuhu 18 derajat Celcius itu, karya pembuat topeng terkenal asal Venice, Italia, yakni Gualtiero Dall' Osto. Selain ukurannya, bentuk, jenis, dan ekspresi topeng-topeng tersebut beragam. Misalnya seperti lelaki dan perempuan dengan riasan wajah hingga tiara berornamen. Ada pula simbol wajah iblis, hingga patung kepala kuda yang berbahan limbah kertas. "Cara membuatnya seperti bikin keramik," kata Tantowi.
Koleksi topeng dari mancanegara itu hanya sebagian kecil dari isi galeri sekaligus museum topeng Narada di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Berlantai dua dengan ruang terbuka di bagian tengah bangunan yang jembar, total koleksi yang dipajang sementara ini lebih dari 400 buah. "Kebanyakan topeng, lainnya kain batik, foto, baju adat, dan ukiran patung kayu," ujar Tantowi.
Narada yang berarti cahaya, berasal dari nama dewa dalam tokoh pewayangan. Tugasnya sebagai penyampai pesan dari Dewa Guru ke dewa lain yang bertugas khusus. Di sebelah kiri teras dekat pintu masuk, sosok Narada berupa patung seukuran orang, tengah duduk dengan tubuh tambun.
Koleksi di tempat ini dibagi menjadi tiga kelompok. Topeng khas Bali, barong, Kalimantan, misalnya, berada di lantai bawah. Sisa topeng Nusantara pada kelompok Mande Dwipantara itu mengisi lantai dua, seperti topeng Yogyakarta, Betawi, Malang, Ponorogo, Lombok, dan Sumatera Utara.
Di kelompok Mande Mancanegara, selain patung dan topeng berbahan kertas dari Italia, ada dari Cina dan Libanon. Kemudian kelompok yang menjadi ciri khas galeri dan museum topeng ini, yaitu Mande Caruban. Isinya koleksi topeng yang berasal dari Cirebon. Kedok itu biasa dipakai untuk menari atau pergelaran wayang orang. "Rencananya 70 topeng Cirebon ini akan dibawa ke Australia untuk dipamerkan," kata Tantowi.
Galeri yang buka setiap hari dari pukul 10 pagi hingga 5 sore itu berada di dalam komplek Resor Prima Sangkanhurip, Kuningan. Pendirinya, Nani Taufik dan keluarga, membuka tempat itu untuk umum sejak 2 Mei 2014. Pengunjung dewasa dikenakan tarif Rp 10 ribu dan anak-anak Rp 7.000 per orang.
ANWAR SISWADI
Sumber : tempo.co