Ratusan Pusaka Dipamerkan di Semarang
SEMARANG, KOMPAS.com - Ratusan pusaka berbagai jenis warisan leluhur dari sejumlah daerah di Indonesia, dipamerkan dalam Pameran Tosan Aji 2013 di Hotel Ciputra Semarang, 2-4 Mei 2013.
Menurut Ketua Pameran Tosan Aji, Heri Supriyono, di Semarang, Kamis (2/5/2013), beragam jenis pusaka yang dipamerkan di antaranya keris, tombak, dan pedang itu, berasal dari sejumlah daerah.
"Pusaka itu sebagian besar dibuat pada zaman kerajaan-kerajaan di masa lalu," katanya.
Pusaka-pusaka itu tersusun rapi di rak-rak tertutup yang dipajang di lobi hotel di kawasan Simpang Lima Semarang itu, lengkap dengan penjelasan tentang nama, jenis, hingga riwayat pembuatannya.
Beberapa pusaka antara lain tombak lurus "panggang lele" dari zaman Padjajaran, tombak lurus "Barung" dari Kartasura, kemudian keris lurus "Laler Mengeng" dari zaman Kerajaan Majapahit, dan keris lurus "Tilam Upih" dari Kerajaan Tuban.
Ada pula keris luk sembilan berjuluk "Naga Siluman" dari Kerajaan Madura Sepuh, keris luk tujuh "Jaran Goyang" dari zaman Mataram Senopaten, dan keris luk 13 berjuluk "Kantar Mataram" dari masa kepemimpinan Sultan Agung.
Menurut Heri yang juga Kepala Seksi Atraksi Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, pameran pusaka itu ditujukan untuk mengenalkan pusaka warisan leluhur, termasuk keris sebagai warisan budaya yang tak ternilai harganya.
"Keris maupun pusaka-pusaka lainnya sudah ada jauh sebelum lahirnya Indonesia, ketika wilayah masih terbagi dalam kerajaan-kerajaan, namun ternyata sampai saat ini masih banyak dijumpai di masyarakat," katanya.
Setiap pusaka yang dibuat leluhur, termasuk keris, ungkap dia, memiliki nilai filosofis yang tinggi tentang kehidupan manusia, utamanya ajaran luhur tentang perikehidupan yang baik, secara pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Karena itu, kata dia, Pemerintah Kota Semarang menggelar pameran pusaka dengan mengangkat tema "Dengan Pameran Tosan Aji Kita Kembangkan Semarang Sebagai Kota Pusaka", sekaligus memeriahkan hari jadi yang ke-446 Kota Atlas.
"Pameran ini sekaligus menunjukkan bahwa Kota Semarang adalah kota pusaka, seperti ditetapkan oleh Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) yang memasukkan Kota Lumpia dalam urutan ketujuh," kata Heri.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Adopsi Keris Indonesia (Paksi) Kota Semarang KRT HA Daud Aji Nata Nagara mengungkapkan sejumlah paguyuban pecinta keris turut ambil bagian dalam pameran itu, termasuk Paksi.
"Kami ingin mengenalkan keris kepada masyarakat. Bukan sekadar kleniknya, tetapi bagaimana menjaga warisan budaya leluhur itu agar tetap lestari. Keris itu memiliki nilai folisofis tinggi," kata pria yang kini memiliki koleksi sekitar 170 buah pusaka itu.
Menurut dia, keris bukan semata sebagai senjata, tetapi juga menjadi simbol kekuasaan pada masa itu. Di samping, nilai filosofis yang terkandung pada tiap-tiap bentuk keris yang memang memiliki arti yang berbeda.
"Keris pusaka ini dibuat oleh empu pada zaman kerajaan. Setiap keris mengandung aspek pamor (lukisan pada bilahnya), ricikan (ornamen), dan sebagainya. Semuanya ada artinya," kata Daud.
Sumber : Kompas.com | Link kait : Ratusan Pusaka Dipamerkan di Semarang



























































































































Telah berpulang, Bapak Gathut Dwi Hastoro, Ketua AMIDA DKI Jakarta "Paramita Jaya", pada Selasa, 29 Maret 2016 sekitar pukul 21.10 WIB. Beliau yang juga lama mengabdi sebagai Ketua UPK Kota Tua Jakarta merupakan sosok pejuang dan pengabdi permuseuman Indonesia.
Keluarga permuseuman Indonesia kembali kehilangan. Salah satu pejuang museum yang selama ini dikenal berdedikasi dalam mengelola Museum Kereta Api Ambarawa, Tri Prastiyo, dikabarkan berpulang ke sisi Tuhan Yang Maha Esa pada April 2016.
Alangkah terharunja hati saja tatkala saja mengundjungi suatu museum di Mexico-city. Museum itu ialah museum Sedjarah Perdjoangan Nasional Mexico. Saja terharu
Pada galibnya, kita serupa dengan museum. Aku juga terpanggil mempersembahkan karya masterpiece dalam sentuhan modern.
Media sederhana ini merupakan bagian dari pelaksanaan program dan agenda Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Pusat yang bermuara pada satu sasaran utama, yakni pembangunan karakter dan pekerti bangsa (nation and character building) sebagai landasan terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang adil, makmur, bermartabat, semulia cita-cita para founding father.