Raja Malaysia Yang Di-Pertuan Agong Tuanku Al Haj Abdul Halim Menandatangani Prasasti Tri Aksara Di Museum Rudana
Setelah melaksanakan kunjungan kenegaraan resmi serta bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Selasa (4/12), Raja Malaysia, Yang Mulia Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong (YDPA) ke-14 Tuanku Al Haj Abdul Halim melanjutkan muhibahnya ke Museum Rudana, Ubud, Bali. Pada kesempatan penuh makna tersebut, Kamis (6/12), Tuanku Al Haj Abdul Halim menandatangani prasasti Tri Aksara, sebagai cerminan dari upaya mempererat jalinan persahabatan budaya dan penghormatan akan nilai-nilai luhur kedua bangsa.
Dalam muhibah tersebut, YDPA ke-14 Tuanku Al Haj Abdul Halim didampingi oleh Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Dato Syed Munshe Afdzaruddin, dan diterima secara langsung oleh President The Rudana, Supadma Rudana, berikut Ibu Olastini Rudana. Selain penandatanganan prasasti, rombongan juga menyaksikkan koleksi-koleksi museum berupa seni lukisan dan karya-karya tiga dimensi semisal patung, hasil olah cipta maestro-maestro tradisi Bali dan modern, serta Indonesia dan dunia.
Supadma Rudana, yang juga Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia, menyatakan bahwa peristiwa ini memiliki makna yang mendalam karena menyangkut upaya strategis menumbuhkan solidaritas sesama negara anggota ASEAN di tengah dinamika politik global yang memanas akhir-akhir ini, terutama terkait ketegangan di Laut Cina Selatan.
“Ya, saya sepaham dengan pandangan Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, yang menegaskan bahwa ASEAN akan selalu bersatu, kohesif dalam semua isu yang menjadi perhatian bersama, terutama yang menyangkut isu-isu, gesekan dan perbedaan kepentingan di sekitar Laut Cina Selatan,” ujar Supadma Rudana, yang juga pendiri Pusat Penelitian, Pengkajian dan Dokumentasi Budaya, DESTAR.
Ketegangan di perairan Cina Selatan dipicu oleh sengketa wilayah perbatasan yang menyangkut pula hak pencarian ikan, hak pelayaran dan eksplorasi minyak dan gas. Terlibat dalam kekisruhan itu adalah Cina, Taiwan dan empat negara anggota ASEAN, yakni Filipina, Vietnam, Brunei dan Malaysia, termasuk juga negara-negara di bagian lain wilayah laut tersebut yakni Jepang, Korea Utara dan Korea Selatan.
“Posisi Indonesia yang netral dalam konflik tersebut, dapat menjadi penengah yang terpercaya guna turut meredam berbagai ketegangan yang terjadi. Dalam konteks ini, adalah tepat bila kita mengedepankan upaya-upaya diplomasi budaya,” tambah Supadma Rudana yang dalam kesempatan itu menyerahkan cinderamata berupa Lukisan Rama & Shinta yang menggambarkan kemuliaan cinta, berikut buku Bali Inspires edisi khusus, merangkum koleksi karya-karya adiluhung maestro tradisi Bali dan modern, Indonesia serta dunia yang ada di museum Rudana, ditulis oleh budayawan Jean Couteau.
Raja Malaysia, Yang Mulia Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong (YDPA) ke-14 Tuanku Al Haj Abdul Halim menyambut baik nilai-nilai universal yang terangkum di dalam prasasti Tri Aksara, di mana pada hakikatnya segenap umat manusia tanpa terkecuali mencintai perdamaian dan menjunjung tinggi semangat kemanusiaan. Nilai-nilai universal tersebut terefleksikan pula pada upaya menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhan sebagai Sang Pencipta.
Baik YDPA Malaysia ke-14 Tuanku Al Haj Abdul Halim dan Supadma Rudana meyakini bahwa kunjungan ini dapat semakin mempererat hubungan Indonesia dan Malaysia yang dewasa ini telah terjalin dengan baik.